Kamis, 29 April 2010

Insinyur.. oh Insinyur

Seorang insinyur (engineer) memadukan prinsip sains dan matematika dalam mengembangkan solusi yang ekonomis terhadap permasalahan teknis. Komputer digunakan secara luas oleh insinyur mulai dari merancang dan menjalankan simulasi, menganalisa, hingga memantau dan mengendalikan setiap bagian proses. Pekerjaan seorang insinyur diibaratkan jembatan antara penemuan ilmiah dengan penerapan komersial guna memenuhi kebutuhan konsumen.

Penghasilan yang diperoleh oleh seorang insinyur beragam berdasarkan industri atau profesi tempatnya bekerja maupun negara dimana ia bekerja. Menurut catatan dari Biro Statistik Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat, tawaran gaji tertinggi tahun 2009 untuk sarjana yang baru lulus di Amerika Serikat dipuncaki oleh insinyur perminyakan (petroleum engineer) yaitu sebesar $83,121 dalam rata-rata. Menyusul sarjana teknik kimia (chemical engineer) di urutan kedua dengan besaran $64,902. Diikuti sarjana pertambangan, komputer, nuklir, elektro, mesin, industri, material, penerbangan, pertanian, biomedis, dan sipil di posisi selanjutnya.

Sistem upah tenaga kerja masih dibagi lagi, apakah sebagai tenaga lokal atau impor. Khusus untuk bidang perminyakan, Oil & Gas Salary Guide 2010 mengumumkan bahwa hanya negara Norwegia, Canada, dan Australia yang membayar karyawan dalam negeri lebih tinggi daripada pekerja asing. Berbanding sangat terbalik dengan Indonesia dimana gaji buruh lokal merupakan yang terendah diantara negara-negara yang disurvei namun membayar upah yang sangat besar untuk tenaga impor. Bahkan bayaran yang diterima karyawan asing di Indonesia jauh melebihi yang dibayarkan kepada tenaga asing di Qatar.

Perbandingan gaji bidang perminyakan di beberapa negara


Melihat data diatas, sungguh merana nasib sarjana teknik asal Indonesia. Di negera sendiri mendapat gaji yang sangat dibawah standar global. Merantau ke Timur Tengah, pun masih dibayar kurang dari yang diperoleh oleh tenaga luar yang bekerja di Indonesia. Beberapa forum mengatakan insinyur Indonesia yang berkarir di luar negeri, terutama wilayah Arab, sangat disukai karena banyak bekerja sedikit bicara disamping ilmu yang memang mumpuni. Sangat disayangkan jika "isi kepala" yang mereka miliki dimanfaatkan oleh negara lain untuk memanen "pohon uang"-nya.

Bandingkan lagi dengan artis sinetron. Seorang pesandiwara layar kaca bisa dikontrak hingga puluhan juta rupiah untuk setiap berlakon satu episode. Sebuah kesenjangan yang jauh dari azas kesesuaian. Karena seorang ilmuwan dan insinyur harus memeras otak dengan kalkulus di masa kuliah dan berpikir keras ketika bekerja untuk menciptakan suatu barang yang tidak hanya bernilai lebih tapi juga laku dijual. Disamping itu, nilai kontrak pesepakbola di Indonesia ada yang mencapai 1,3 M rupiah.

Mungkin, banyak insinyur "sabar & ikhlas" yang melihat kenyataan itu akan berkata bahwa uang bukan segalanya. Mungkin juga, itu sebuah sikap pasrah yang tidak akan mengubah nasib menjadi lebih bernilai karena tidak mau mendorong diri untuk berubah dari dalam dan membawa perubahan keluar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar