Kamis, 29 April 2010

Prioritas dalam Membangun Negara: Pendidikan

Suatu bangsa akan menjadi kekuatan yang kokoh ketika tingkat kecerdasan dan emosional setiap individunya baik. Pendidikan adalah syarat mutlak untuk membidik sasaran itu. Merupakan tanggung jawab negara untuk menyediakan pendidikan dasar gratis yang bermutu bagi rakyatnya. Harus memenuhi unsur dasar pendidikan yang mengasah logika, etika dan estetika.

Masalah klasik utama pendidikan Indonesia adalah kurangnya tenaga pengajar terutama di wilayah pedalaman. Banyak orang enggan mengajar karena alasan klasik yaitu kesejahteraan kurang terjamin. Seharusnya pemerintah belajar pada sistem perusahaan. Pekerja sektor pekebunan, pertambangan dan perminyakan rela ditempatkan di daerah terpencil karena gajinya yang selangit untuk ukuran rata-rata di Indonesia.

Namun, menaikkan gaji guru bukanlah suatu langkah yang cerdas. Baru ada rencana dari pemerintah, keesokan harinya harga barang terutama sembako sudah melonjak lebih dulu. Meningkatkan kesejahteraan para pendidik akan lebih terasa jika mereka bisa mendapatkan dengan mudah rumah tinggal sendiri yang nyaman, potongan gaji yang rendah, akses kesehatan yang murah, dan insentif perangsang lain yang dapat membuat mereka untuk terus berprestasi.

Singkirkan dulu keinginan membangun sistem internet dan fasilitas tersier nan modern di sekolah-sekolah perkotaan. Dana yang ada lebih baik digunakan untuk mendirikan gedung-gedung sekolah dan menambah tenaga guru di daerah pelosok. Intinya memperluas prasarana pendidikan yang menjangkau lapisan masyarakat pedalaman terlebih dahulu. Guna menunjang program ini, partisipasi Departemen Perhubungan dan Departemen Pekerjaan Umum juga diperlukan. Penyediaan sarana dan prasarana transportasi rakyat terpadu akan banyak membantu. Sering kali dipertontonkan di televisi kondisi yang lebih tepat dikatakan tragis mengenai pendidikan. Anak-anak berangkat ke sekolah dengan seragam basah karena harus mengarungi sungai akibat ketiadaan jembatan. Seorang guru yang harus menempuh perjalanan naik turun bukit melewati jalan setapak hanya untuk menunaikan tugas. Dan masih banyak lagi keadaan serupa lainnya.

Penting untuk diperhatikan oleh calon pemimpin yang sedang bernyanyi lantang dan merdu bernada janji mensejahterakan rakyat. Strategi nyata apa yang akan mereka rencanakan. Jadi, bagaimana bisa makmur kalau masih bodoh, maaf, maksudnya terus-terusan masih bisa dibodohi (oleh pemerintah berkuasa yang kemaruk, tentunya)? Lebih penting lagi bagi para pemilih terutama tingkatan menengah ke bawah yang ingin kehidupannya lebih baik. Hindari memilih mereka yang pernah menjabat tapi tidak ada kemajuan berarti.

Bagaimana lagi dengan fenomena bocah ajaib di Jombang belakangan ini? Banyak yang dengan relanya bahkan menyabung nyawa dikerjain habis-habisan oleh (orang tua) anak umur 9 tahun. Para “pencari mukjizat” ini memang bodoh atau bersedia dibodoh-bodohi? Akibat dari sisi irasional yang mengalahkan logika.

(Tulisan ini merupakan salah satu posting di blog sebelah, http://kikibangka.wordpress.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar